4. ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun
secara sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi
Empat pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah
pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau
sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir.
Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi
objek kajian dari ilmu terkait.
alam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya
ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal
sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara
empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih
untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal
budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan
pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya
pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan
didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah
pemikiran logis akal budi. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak
dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang
secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional,
sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat
dibuktikan dengan percobaan yang transparan
dan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup
persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat,
misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa,
bioteknologi, dan sebagainya.
peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baikdan hasil yang baik
pula, peneliti
harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
seseorang yang tidak dapat dibuktikankebenarannya sehingga di dalam melakukan
studi
agarhasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat
dipertanggungjawabkankebenarannya.
Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam
satu ruang
dengan orang lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi, atau
mempertahankan hasil
perdebatansecara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani
mempertahankankebenaran
yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudahdilengkapi dengan fakta
yang jelas
sumbernya.
Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusahamemperluas
pengetahuan
dan wawasannya, tidak ingin ketinggalaninformasi di segala bidang, dan selalu
berusaha
mengikuti perkembanganilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan
modern.
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduliterhadap
lingkungannya dan
selalu berusaha agar penelitian yangdilakukannya membawa dampak yang positif
bagi lingkungan dan bukan sebaliknya.
Teknologi
Pada
pertengahan abad ke-20, manusia telah mencapai kecukupan teknologi untuk kali
pertama meninggalkan atmosfer Bumi dan menjelajahi
ruang angkasa.
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia.
Penggunaan
teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi
alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan,
sedangkan penciptaan roda telah membantu manusia dalam
beperjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi
terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik
terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk
berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua teknologi
digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat telah
berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir.
Teknologi
telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak
cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan bertambahnya kaum senggang. Banyak proses teknologi menghasilkan produk
sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan menguras sumber daya alam,
merugikan dan merusak Bumi dan lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi
telah memengaruhi nilai suatu masyarakat dan teknologi baru
seringkali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru. Sebagai contoh,
meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks produktivitas
manusia, suatu istilah yang pada awalnynya hanya menyangku permesinan, contoh
lainnya adalah tantangan norma-norma tradisional.
bahwa
keadaan ini membahayakan lingkungan dan mengucilkan manusia; penyokong
paham-paham seperti transhumanisme dan tekno-progresivisme memandang proses teknologi yang berkelanjutan sebagai
hal yang menguntungkan bagi masyarakat dan kondisi manusia. Tentu saja, paling
sedikit hingga saat ini, diyakini bahwa pengembangan teknologi hanya terbatas
bagi umat manusia, tetapi kajian-kajian ilmiah terbaru mengisyaratkan bahwa primata lainnya dan komunitas lumba-lumba tertentu telah mengembangkan
alat-alat sederhana dan belajar untuk mewariskan pengetahuan mereka kepada
keturunan mereka.
Definisi dan penggunaan
Penciptaan
mesin cetak telah memungkinkan para
ilmuwan dan
politisi
mengomunikasikan gagasan-gagasan mereka secara lebih mudah, kunci pembuka bagi
Abad
Pencerahan; sebuah contoh teknologi sebagai kekuatan budaya.
Penggunaan istilah 'teknologi' (
bahasa
Inggris:
technology) telah berubah secara signifikan lebih dari 200
tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah ini tidaklah lazim dalam bahasa
Inggris, dan biasanya merujuk pada penggambaran atau pengkajian
seni berguna.
[1]
Istilah ini seringkali dihubungkan dengan pendidikan teknik, seperti di
Institut Teknologi Massachusetts
(didirikan pada tahun 1861).
[2]
Istilah
technology mulai menonjol pada abad ke-20 seiring dengan
bergulirnya
Revolusi Industri
Kedua. Pengertian
technology berubah pada permulaan abad ke-20
ketika para ilmuwan sosial Amerika, dimulai oleh
Thorstein Veblen,
menerjemahkan gagasan-gagasan dari konsep Jerman,
Technik,
menjadi
technology. Dalam
bahasa
Jerman dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, perbedaan hadir di antara
Technik
dan
Technologie yang saat itu justru nihil dalam bahasa Inggris, karena
kedua-dua istilah itu biasa diterjemahkan sebagai
technology. Pada
dasawarsa 1930-an,
technology tidak hanya merujuk pada 'pengkajian'
seni-seni industri, tetapi juga pada seni-seni industri itu sendiri.
[3]
Pada tahun 1937, seorang sosiolog Amerika, Read Bain, menulis bahwa
technology
includes all tools, machines, utensils, weapons, instruments, housing,
clothing, communicating and transporting devices and the skills by which we
produce and use them ("teknologi meliputi semua alat, mesin, aparat,
perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti pengangkut/pemindah dan
pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita menghasilkan semua
itu").
[4]
Definisi yang diajukan Bain masih lazim dipakai oleh kaum terpelajar hingga
saat ini, terkhusus ilmuwan sosial. Tetapi ada juga definisi yang sama
menonjolnya, yakni definisi teknologi sebagai sains terapan, khususnya di
kalangan para ilmuwan dan insinyur, meskipun sebagian besar ilmuwan sosial yang
mempelajari teknologi menolak definisi ini.
[5]
Yang lebih baru, para kaum terpelajar telah meminjam dari para filsuf Eropa,
technique,
untuk memperluas makna
technology ke berbagai macam bentuk nalar
instrumental, seperti dalam karya
Foucault
tentang
techniques de soi, yang diterjemahkan sebagai
technologies of
the self atau
teknologi diri.
Kamus-kamus dan para sarjana telah memberikan berbagai macam definisi. Kamus
Merriam-Webster
memberikan definisi "technology" sebagai
the practical application
of knowledge especially in a particular area (terapan praktis pengetahuan,
khususnya dalam ruang lingkup tertentu) dan
a capability given by the
practical application of knowledge (kemampuan yang diberikan oleh terapan
praktis pengetahuan).
[6]
Ursula Franklin, dalam
karyanya dari tahun 1989, kuliah "Real World of Technology",
memberikan definisi lain konsep ini; yakni
practice, the way we do things
around here (praktis, cara kita memperbuat ini semua di sekitaran sini).
[7]
Istilah ini seringkali digunakan untuk mengimplikasikan suatu lapangan
teknologi tertentu, atau untuk merujuk
teknologi tinggi atau
sekadar
elektronik konsumen, bukannya teknologi secara
keseluruhan.
[8]
Bernard Stiegler, dalam
Technics and Time, 1,
mendefinisikan
technology dalam dua cara: sebagai
the pursuit of life
by means other than life (pencarian kehidupan, dalam artian lebih dari
sekadar hidup), dan sebagai
organized inorganic matter (zat-zat
anorganik yang tersusun rapi).
[9]
Secara umum, teknologi dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak
benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk
mencapai suatu nilai. Dalam penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat dan
mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.
Ia adalah istilah yang mencakupi banyak hal, dapat juga meliputi alat-alat
sederhana, seperti
linggis atau
sendok kayu, atau mesin-mesin yang rumit, seperti
stasiun luar angkasa atau
pemercepat partikel. Alat dan mesin tidak mesti
berwujud benda; teknologi virtual, seperti
perangkat
lunak dan
metode bisnis, juga termasuk ke dalam definisi
teknologi ini.
[10]
Kata "teknologi" juga digunakan untuk merujuk sekumpulan
teknik-teknik. Dalam konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat
ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan
produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau
memuaskan keinginan; ia meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik,
perangkat, dan bahan mentah. Ketika dipadukan dengan istilah lain, seperti "teknologi
medis" atau "teknologi luar angkasa", ia merujuk pada keadaan
pengetahuan dan perangkat disiplin pengetahuan masing-masing. "Teknologi
state-of-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk
pada teknologi tinggi yang tersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun.
Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah
kebudayaan.
[11]
Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk
faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini. Sebuah contoh modern adalah
bangkitnya teknologi
komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi
sesama manusia, dan sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub
kebudayaan baru; bangkitnya
budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan
Internet dan
komputer.
[12]
Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif; teknologi
dapat juga membantu mempermudah
penindasan politik dan
peperangan melalui alat seperti
pistol atau
bedil. Sebagai suatu kegiatan budaya, teknologi memangsa
ilmu dan
rekayasa, yang
masing-masing memformalkan beberapa aspek kerja keras teknologis.
Ilmu, rekayasa, dan teknologi
Perbedaan antara
ilmu,
rekayasa,
dan teknologi tidaklah selalu jelas. Ilmu adalah penyelidikan
bernalar atau
pengkajian
fenomena,
ditujukan untuk menemukan prinsip-prinsip yang melekat di antara unsur-unsur
dunia fenomenal dengan membekerjakan teknik-teknik
formal seperti
metode
ilmiah.
[13]
Teknologi tidak mesti hasil ilmu semata-mata, oleh karena teknologi harus
memenuhi persyaratan seperti
utilitas,
kebergunaan, dan
keselamatan.
Rekayasa adalah proses berorientasi tujuan dari perancangan dan pembuatan
peralatan dan sistem untuk mengeksploitasi fenomena alam dalam konteks praktis
bagi manusia, seringkali (tetapi tidak selalu) menggunakan hasil-hasil dan
teknik-teknik dari ilmu. Pengembangan teknologi dapat dilukiskan pada banyak
ranah pengetahuan, termasuk pengetahuan ilmiah, rekayasa,
matematika,
linguistika,
dan
sejarah,
guna mencapai suatu hasil yang praktis.
Teknologi seringkali merupakan konsekuensi dari ilmu dan rekayasa — meskipun
teknologi sebagai kegiatan manusia seringkali justru mendahului kedua-dua ranah
tersebut. Misalnya, ilmu dapat mengkaji aliran
elektron di
dalam
penghantar listrik, dengan menggunakan peralatan
dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang baru ditemukan ini
kemudian dapat digunakan oleh para insinyur dan teknisi untuk menciptakan
peralatan dan mesin-mesin baru, seperti
semikonduktor,
komputer,
dan bentuk-bentuk teknologi tingkat lanjut lainnya. Dalam cara pandang seperti
ini, para ilmuwan dan rekayasawan kedua-duanya dapat dipandang sebagai
"teknolog"; ketiga-tiga ranah ini seringkali dapat dipandang sebagai
satu untuk tujuan penelitian dan referensi.
[14]
Hubungan pasti antara ilmu dan teknologi secara khusus telah diperdebatkan
oleh para ilmuwan, sejarawan, dan pembuat kebijakan pada penghujung abad ke-20,
sebagiannya karena debat dapat mengabarkan pembiayaan ilmu dasar dan ilmu
terapan. Dalam kebangkitan setelah
Perang
Dunia II, misalnya, di Amerika Serikat terdapat anggapan yang meluas bahwa
teknologi hanyalah "ilmu terapan" dan untuk mendanai ilmu dasar
adalah dengan cara menuai hasil-hasil teknologi pada waktunya. Artikulasi
filsafat ini dapat ditemukan secara eksplisit di dalam risalah yang ditulis
Vannevar
Bush mengenai kebijakan ilmu pascaperang,
Science—The Endless Frontier:
"Produk-baru, industri baru, dan lebih banyak lapangan kerja memerlukan
tambahan pengetahuan sinambung akan hukum-hukum alam... Pengetahuan baru yang
esensial ini dapat diperoleh hanya melalui penelitian ilmiah dasar."
Tetapi, pada akhir dasawarsa 1960-an, pandangan ini muncul dilatarbelakangi
oleh serangan langsung, memimpin ke arah berbagai inisiatif untuk mendanai ilmu
untuk tujuan tertentu (inisiatif-inisiatif ini ditolak oleh komunitas ilmiah).
Isu tersebut masih diperdebatkan—meskipun sebagian besar analis menolak model
bahwa teknologi hanyalah hasil dari penelitian ilmiah.
[15][16]
Sejarah
Perkembangan teknologi berlangsung secara
evolutif.
[17]
Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil
kebudayaan
telah nampak
berorientasi menuju bidang
teknologi.
[17]
Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang
berarti serangkaian prinsip atau metode
rasional yang
berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau
pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni.
[17]
Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai oleh Philips pada tahun
1706 dalam sebuah buku berjudul
Teknologi: Diskripsi Tentang Seni-Seni,
Khususnya Mesin
(
Technology: A Description Of The Arts, Especially The Mechanical).
[17]
Kemajuan
Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari
pengembangan cara-cara lama atau penemuan
metode baru dalam
menyelesaikan tugas-tugas
tradisional seperti
bercocok
tanam, membuat baju, atau membangun rumah.
[18]
Ada tiga
klasifikasi dasar dari
kemajuan teknologi yaitu :
[18]
Kemajuan teknologi yang bersifat
netral (
bahasa
Inggris:
neutral technological progress)
Terjadi bila tingkat pengeluaran
(output) lebih tinggi dicapai dengan
kuantitas dan
kombinasi
faktor-faktor pemasukan
(input) yang sama.
Kemajuan teknologi yang
hemat tenaga kerja (
bahasa
Inggris:
labor-saving technological progress)
Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak
ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam
memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
Kemajuan teknologi yang hemat modal (
bahasa
Inggris:
capital-saving technological progress)
Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua
riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju,
yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.
Pengalaman di berbagai
negara
berkembang menunjukan bahwa campur tangan langsung secara berlebihan,
terutama berupa
peraturan pemerintah yang terlampau ketat,
dalam pasar teknologi asing justru menghambat
arus teknologi asing ke
negara-
negara berkembang.
[19]
Di lain pihak suatu kebijaksanaan 'pintu yang lama sekali terbuka' terhadap
arus teknologi asing, terutama dalam bentuk penanaman
modal asing (PMA), justru
menghambat kemandirian yang lebih besar dalam proses pengembangan kemampuan
teknologi negara berkembang karena ketergantungan yang terlampau besar pada
pihak
investor asing, karena
merekalah yang melakukan segala upaya teknologi yang sulit dan rumit.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Nilai
- ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi
sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala
dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya
adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerapan ilmu pengetahuan
khususnya teknologi sering kurang memperhatikan masalah nilai, moral atau
segi-segi manusiawinya. Keadaan demikian tidak luput dari falsafah
pembangunannya itu sendiri, dalam
menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yang kuat,
dengan orientasi nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan yang terkadang
harus dibayar lebih mahal.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai
produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri,
1984). Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil darikegiatan
sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara
individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai
produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui secara
umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya,
sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat
ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain universal,
komunal, juga alat menyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah
menerima kebenaran.
IImu adalah bukan tujuan tetapi
sebagai alat atau sarana dalam rangka meningkatkan taraf hidup manusia. dengan
memperhatikan dan mengutamakan kodrat dan martabat manusia serta menjaga
kelestarian lingkungan alam.
Kini sikap ilmuwan dibagi menjadi
dua golongan :
1)
Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap
nilai-nilai baik secara ontologis maupun secara aksiologis, soal penggunaannya
terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau
tujuan buruk. Golongan ini berasumsi bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi
sebagai nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan Iainnya dikorbankan demi
teknologi.
2)
Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya
dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan
penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asas moral atau nilai-nilai.
golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses yang terjadi
apabiia ilmu dan teknologi disaIahgunakan. Nampaknya iImuwan goiongan kedua yang
patut kita masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan
“pelacuran” dibidang ilmu dan teknologi, dengan mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan.
Upaya untuk menjinakkan teknologi
diantaranya :
1)
Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti kriteria utama dalam menolak atau
menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan pada keuntungan ekonomis
atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2)
Pada tingkat konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus merupakan hasil
kesepakatan ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Penerapan ilmu pengetahuan
khususnya teknologi sering kurang memperhatikan masalah nilai, moral atau
segi-segi manusiawinya. Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses,
dan sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang
proses karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha
memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok.
Ilmu adalah
diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah atau epistemologi. Jadi, epistemologi
merupakan pembahasan bagaimana mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu
terjamin dalam kegiatan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kegiatan menyusun tubuh
pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran hipotesis dengan deduksi dan
verifikasi atau menguji kebenarannya secara faktual; sehingga kegiatannya
disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau deduksi-hipotesis-verifikasi.
Sedangkan pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman di luat atau tanpa kegiatan
metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak
pada kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman
berdasarkan akal sehat (bommon sense) yang disertai mencoba-coba, intuisi
(pengetahuanyang diperoleh tanpa penalaran) dan wahyu (merupaka pengetahuan
yang diberikan Tuhan kepada para nabi atau utusannya).
3 komponen penyangga
tubuh pengetahuan : ontologis, epistemologis dan aksiologis.
-
Epistemologis : hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh
dan disusun menjadi tubuh pengetahuan.
Kegiatan ilmiah
harus ditujukan kepada pencarian kebenaran dengan jujur tanpa mendahulukan
kepentingan kekuatan argumentasi pribadi.
-
Ontologis : hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup wujud yang menjadi objek penjelasannya, merupakan objek formal dari
suatu pengetahuan.
Kegiatannya adalah
menafsirkan hikayat realitas yang ada, sebagaimana adanya (das sein) , melalui
desuksi-desuksi yang dapat diuji secara fisik. Artinya ilmu harus bebas dari
nilai-nilai yang sifatnya dogmatik.
-
Aksiologis : asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu
pengetahuan.
Lebih lengket dengan
nilai atau moral, di mana ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan demi
kemaslahatan manusia. Ilmu bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam
rangka meningkatkan taraf hidup manusia, dengan memperhatikan dan mengutamakan
kodrat dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungn alam.
Kaitan ilmu dan
teknologi dengan nilai atau moral, dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi menjadi
dua golongan :
1.
Golongan yang
menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
secara ontologis maupun secara aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada
si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau tujuan buruk.
2.
Golongan yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas
metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus
berlandaskan pada asas-asas moral atau nilai-nilai, golongan ini berasumsi
bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabila ilmu dan
teknologi disalahgunakan.
Upaya untuk
menjikkan teknologi di antaranya :
1.
Mempertimbangkan
atau kalai perlu mengganti kriteria utama dalam menolak atau menerapkan suatu
inovasi teknologi yang didasarkan pada keuntungan ekonomis atau sumbangannya
kepada pertumbuhan ekonomi.
2.
Pada tingkat
konsekuensinya sosial, penerapan teknologi harus merupakan hasil kesepakatan
ilmuwan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
Sumber :
http://epistemologyideas.wordpress.com/2012/11/20/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-nilai/
http://ulfizulfa.wordpress.com/2012/11/18/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan/
Kemiskinan lazimnya dilukiskan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dan lain-lain.
Garis kemiskinan yang menentukan
batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal :
- Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
- Posisi
manusia dalam lingkungan sekitar
- Kebutuhan
objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan
pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan
sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau
rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan
pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah
masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara
manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan
nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat
pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam
barang dan jasa dan tertuangkan dalam nilai uang sebgai patokan bagi penetapan
pendapatan minimal yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh
tingkat pendapatan minilam ( versi bank dunia, dikota 75 $ dan desa 50 $ AS
perjiwa setahun, 1973) ( berapa sekarang ? ).
Berdasarkan ukuran ini maka mereka
yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
- Tidak
memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan.
Dll
- Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan
sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
- Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
- Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas
- Banyak
yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan
(umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga unsur :
- Kemiskinan
yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
- Kemiskinan
yang disebabkan oleh bencana alam
- Kemiskinan
buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan
manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah
kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan
manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural.
Selaindisebabkan oleh hal-hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap
“penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan
sebagai takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur,
yang mempunya struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui
jalur keluarga. Kemiskinan (yagn membudaya) itu disebabkan oleh dan selama
proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari
feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme,
dsb.obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama radikal dan meluasnya.
Sumber :