PERKEMBANGAN
TELEMATIKA DI INDONESIA DAN DI LUAR NEGERI
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perubahan
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kemampuan berpikir dan berinteraksi
antar sesama dalam proses yang panjang, menghasilkan peradaban. Beberapa ilmuan
telah membuat pembabakan atau periodisasi peradaban manusia, salahsatunya
adalah Alvin Toffler.
Menurut
Toffler, peradaban manusia terdiri dari tiga zaman. Pertama adalah zaman
pertanian, zaman industri, dan yang ketiga adalah zaman informasi. Zaman pertanian mencakup aktivitas manusia sejak mulai
berburu dan meramu, sampai dengan bertani menetap. Berubahnya
aktivitas food gathering menjadifood producing.
Revolusi
industri yang dilanjutkan dengan dibangunnya pabrik-pabrik berskala menengah
dan besar, adalah wilayah kajian zaman industri. Zaman ini mulai ditandai
dengan adanya perubahan, yaitu tenaga manusia digantikan oleh mesin. Berbagai
sektor kehidupan baru secara massal bermunculan, seperti bisnis, transportasi,
dan pendidikan. Tahun 2000, zaman informasi telah mengguncang dunia, bahkan
lebih dahsyat dari yang pernah dibayangkan.
Zaman informasi ini, menegaskan bahwa jarak geografis tidak lagi menjadi faktor
penghambat dalam hubungan antara manusia atau antar lembaga usaha. Berbagai
informasi dapat diakses dengan mudah sekaligus cepat. Setiap perkembangan dapat
diikuti dimanapun berada. Istilah “jarak sudah mati” atau“distance is
dead” makin lama makin nyata kebenarannya. Zaman informasi menyebabkan jagad
ini menjadi suatu “dusun semesta” atau “global village”[3].
Zaman
informasi yang sudah berkembang sedemikian rupa seperti sekarng ini, hanya
mungkin dengan adanya dukungan teknologi. Teknologi inilah yang menyampaikan
beragam dan banyak informasi. Teknologi telematika (selama beberapa dasawarsa
ini) telah berkembang sehingga mampu menyampaikan (mentransfer) sejumlah besar
informasi[4].
Sementara
itu, di Indonesia, perkembangan telematika masih tertinggal apabila
dibandingkan dengan negara lain. Cina misalnya, kini sudah dapat mendahului
republik ini dalam hal aplikasi komputer dan internet, begitupula Singapura,
Malaysia, dan India yang jauh meninggalkan Indonesia. Tampaknya
masalah political will pemerintah yang belum serius, serta belum beresnya
aturan fundamental adalah penyebab kekurangan tersebut. Contoh nyatanya ialah
penutupan situs porno dan situs yang menyajikan film fitnah menyusul dengan
disetujuinya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik pada medio 2007
dan awal tahun 2008, oleh Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo)[5].
Keadaan
ini merupakan realitas objektif yang terjadi di Indonesia sekarang, tidak
termasuk wilayah yang belum tersentuh teknologi telematika, semisal Indonesia
Timur yang masih terbatas pasokan listrik. Amat mungkin, beberapa bagian dari
wilayah tersebut belum mengenal telematika.
Seperti
apa wujud Indonesia di masa depan yang terkait dengan telematika, bergantung
pada kenyataan sekarang. Selanjutnya masa sekarang ini, dibangunoleh hasil dari
perjalanan masa lalu. Untuk yang disebutkan terakhir inilah, makalah ini
dihidangkan. Sebagai usaha membuat tulisan sejarah, yang lebih cocok
dikategorikan sebagai sebuah tulisan rintisan, boleh jadi akan bersifat
subyektif. Dengan demikian, undangan untuk mengembangkan gagasan baru yag lebih
segar (up to date) adalah suatu keniscayaan.
RUANG
LINGKUP TELEMATIKA
A.
Batasan Telematika
Istilah
telematika merupakan adopsi dari bahasa asing. Kata telematika berasal dari
kata dalam bahasaPrancis, yaitu telematique. Istilah ini pertama kali
digunakan pada tahun 1978 oleh Simon Nora dan Alain Minc dalam bukunya yang
berjudul L’informatisation de la Societe[6].
Telematika
menunjuk pada hakikat cyberspace sebagai suatu sistem elektronik yang
lahir dari perkembangan dan konvergensi telekominikasi, media, dan informatika[7]. Dalam Pengantar pada Mata Kuliah Hukum Telematikan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dinyatakan bahwa istilah telematika
merujuk pada perkembangan konvergensi antara teknologi telekomunikasi, media,
dan informatika yang semula masing-masing berkembang secara terpisah.
Konvergensi telematika kemudian dipahami sebagai sistem elektronik berbasiskan
digital atau the net[8].
Menurut
Kerangka Kebijakan Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia, disebutkan
bahwa teknologi telematika merupakan singkatan dari teknologi komunikasi,
media, dan onformatika[9]. Senada dengan pendapat
pemerintah, telematika diartikan sebagai singkatan dari tele = telekomunikasi,
ma = multimedia, dan tika = informatika[10].
Mengacu
kepada penggunaan dikalangan masyarakat telematika Indonesia (MASTEL), istilah
telematika berarti perpaduan atau pembauran (konvergensi) antara teknologi
informasi (teknologi komputer), teknologi telekomunikasi, termasuk siaran radio
maupun televisi dan multimedia[11]. Dalam
perkembangannya, teknologi telematika ini telah menggunakan kecepatan dan
jangkauan transmisi energi elektromagnetik, sehingga sejumlah besar informasi
dapat ditransmisikan dengan jangkauan, menurut keperluan, sampai seluruh dunia,
bahkan ke seluruh angkasa, serta terlaksana dalam sekejap. Kecepatan transmisi
elektromagnetik adalah (hampir) 300.000 km/detik, sehingga langsung dikirim
begitu sampai, memungkinkan orang berdialog langsung, atau komunikasi
interaktif[12].
Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disarikan pemahaman tentang telematika
sebagai berikut[13].
1.Telematika
adalah sarana komunikasi jarak jauh melalui media elektromagnetik.
2.Kemampuannya
adalah mentransmisikan sejumlah besar informasi dalam sekejap, dengan jangkauan
seluruh dunia, dan dalam berbagai cara, yaitu dengan perantaan suara (telepon,
musik), huruf, gambar dan data atau kombinasi-kombinasinya. Teknologi digital
memungkinkan hal tersebut terjadi.
3.Jasa
telematika ada yang diselenggarakan untuk umum (online,internet), dan ada pula
untuk keperluan kelompok tertentu atau dinas khusus (intranet).
Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa telematika merupakan teknologi
komunikasi jarak jauh, yang menyampaikan informasi satu arah, maupun timbal
balik, dengan sistem digital.
B.
Ragam Bentuk Telematika
Ragam
bentuk yang akan disajikan merupakan aplikasi yang sudah berkembang diberbagai
sektor, maka tidak menutup kemungkinan terjadi tumpang tindih. Semua kegiatan
dengan istilah work and play dapat menggunakan telematika sebagai
penunjang kinerja usaha semua usaha dalam semua sektor, sosial, ekonomi dan
budaya[14]. Bentuk-brntuk trsebut adalah.
1.
E-goverment
E-goverment
dihadirkan dengan maksud untuk administrasi pemerintahan secara elektronik. Di Indonesia
ini, sudah ada suatu badan yang mengurusi tentang telematika, yaitu Tim
Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI). TKTI mempunyai tugas mengkoordinasikan
perencanaan dan mempelopori program aksi dan inisiatif untuk menigkatkan
perkembangan dan pendayagunaan teknologi telematika di Indonesia, serta
memfasilitasi dan memantau pelaksanaannya[15].
Tim
tersebut memiliki beberapa terget. Salah satu targetnya adalah pelaksanaan
pemerintahan online atau e-goverment dalam bentuk situs/web internet. Dengan
e-goverment, pemerintah dapat menjalankan fungsinya melalui sarana internet
yang tujuannya adalah memberi pelayanan kepada publik secara transparan
sekaligus lebih mudah, dan dapat diakses (dibaca) oleh komputer dari mana saja.
E-goverment
juga dimaksudkan untuk peningkatan interaksi, tidak hanya antara pemerintah dan
masyarakat, tetapi juga antar sesama unsur pemerintah dalam lingkup nasional,
bahkan intrernasional. Pemerintahantingkat provinsi sampai kabupaten kota,
telah memiliki situs online. Contohnya adalah DPR, DKI Jakarta, dan Sudin
Jaksel. Isi informasi dalam e-goverment, antara lain adalah profil wilayah atau
instansi, data statistik, surat keputusan, dan bentuk interaktif lainnya.
2).
E-commerce
Prinsip
e-commerce tetap pada transaksi jual beli. Semua proses transaksi perdagangan
dilakukan secara elektronik. Mulai dari memasang iklan pada berbagai situs atau
web, membuat pesanan atau kontrak, mentransfer uang, mengirim dokumen, samapi
membuat claim.
Luasnya
wilayah e-commerce ini, bahkan dapat meliputi perdagangan internasional,
menyangkut regulasi, pengiriman perangkat lunak (soft ware), erbankan,
perpajakan, dan banyak lagi. E-commerce juga memiliki istilah lain, yakni
e-bussines. Contoh dalam kawasan ini adalah toko online, baik itu toko buku,
pabrik, kantor, dan bank (e-banking). Untuk yang disebut terakhir, sudah banyak
bank yang melakukan transaksi melalui mobile phone, ATM (Automatic Teller
Machine – Anjungan Tunai Mandiri) , bahkan membeli pulsa.
3).
E-learning
Globalisasi
telah menghasilkan pergeseran dalam dunia pendidikan, dalri pendidikan tatap
muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Di Indonesia
sudah berkembang pendidikan terbuka dengan modus belajar jarah jauh (distance
lesrning) dengan media internet berbasis web atau situs.
Kenyataan
tersebut dapat dimungkinkan dengan adanya teknologitelematika, yang dapat
menghubungkan guru dengan muridnya, dan mahasiswa dengan dosennya. Melihat
hasil perolehan belajar berupa nilai secara online, mengecek jadwal kuliah, dan
mengirim naskah tugas, dapat dilakukan.
Peranan
web kampus atau sekolagh termasuk cukup sentral dalam kegiatan pembelajaran
ini. Selain itu, web bernuansa pendidikan non-institusi, perpustakaan online,
dan interaksi dalam group, juga sangatlah mendukung. Selain murid atau
mahasiswa, portal e-learning dapat diakses oleh siapapun yang memerlukan tanpa
pandang faktor jenis usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya[16].
Hampir
seluruh kampus di Indonesia, dan beberapa Sekolah Menegah Atas (SMA), telah
memiliki web. Di DKI Jakarta, proses perencanaan pembelajaran dan penilaian
sudah melalui sarana internet yang dikenal sebagai Sistem Administrasi Sekolah
(SAS) DKI, dan ratusan web yang menyediakan modul-modul belajar, bahan kuliah,
dan hasil penelitian tersebar di dunia internet.
Bentuk
telematika lainnya masih banyak lagi, antara lain ada e-medicine, e-laboratory,
e-technology, e-research, dan ribuan situs yang memberikan informasi sesuai
bidangnya. Di luar berbasis web, telematika dapat berwujud hasil dari kerja satelit,
contohnya ialah GPS (Global Position System), atau sejenisnya seperti GLONAS
dan GALILEO, Google Earth, 3G, dan kini 4G, kompas digital, sitem navigasi
digital untuk angkutan laut dan udara, serta teleconference.
PERKEMBANGAN
TELEMATIKA DI INDONESIA
Ragam
bentuk telematika yang dipaparkan pada Bab II, tidak terlepas dari
perkembangannya di masa lalu. Untuk kasus di Indonesia, perkembangan telematika
mengalami tiga periode berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat[17]. Pertama adalah periode rintisan yang berlangsung
akhir tahun 1970-an sampai dengan akhir tahun 1980-an. Periode kedua disebut
pengenalan, rentang wktunya adalah tahun 1990-an, dan yang terakhir adalah
periode aplikasi. Periode ketiga ini dimulai tahun 2000.
1.
Periode Rintisan
Aneksasi
Indonesia terhadap Timur
Portugis, peristiwa Malari, Pemilu tahun 1977, pengaruh Revolusi Iran, dan
ekonomi yang baru ditata pada awal pemerintahan Orde Baru, melahirkan akhir
tahun 1970-an penuh dengan pembicaraan politik serta himpitan ekonomi.
Sementara itu sejarah telematika mulai ditegaskan dengan digariskannya arti
telematika pada tahun 1978 oleh warga Prancis.
Mulai
tahun 1970-an inilah Toffler menyebutnya sebagai zaman informasi[18].Namun demikian, dengan perhatian yang minim dan
pasokan listrik yang terbatas, Indonesia tidak cukup mengindahkan perkembangan
telematika.
Memasuki
tahun 1980-an, perubahan secara signifikanpun jauh dari harapan. Walaupun
demikian, selama satu dasawarsa, learn to use teknologi informasi,
telekomunikasi, multimedia, mulai dilakukan. Jaringan telpon, saluran televisi
nasional, stasiun radio nasional dan internasional, dan komputer mulai dikenal
di Indonesia, walaupun penggunanya masih terbatas. Kemampuan ini
dilatarbelakangi oleh kepemilikan satelit dan perekonomian yang meningkat
dengan diberikannya penghargaan tentang swasembada pangan dari Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) kepada Indonesia pada tahun 1984.
Setahun
sebelumnya di Amerika Serrikat, tepatnya tanggal 1 Januari 1983, internet
diluncurkan. Sejak ARPAnet (Advance Research Project Agency) dan NSFnet
(National Science Foundation) digabungkan, pertumbuhan jaringan semakin banyak,
dan pada pertengahan tahun, masyarakat mulai memandangnya sebagai internet[19].
Penggunaan
teknologi telematika oleh masyarakt Indonesia masih terbatas. Sarana kirim
pesan seperti yang sekarang dikenal sebagi email dalam suatu group, dirintis
pada tahun 1980-an. Mailinglist (milis) tertua di Indonesia dibuat
olehJhhny Moningka dan Jos Lukuhay, yang mengembangkan perangkat “pesan” berbasis
“unix”, “ethernet”, pada tahun 1983[20], persis
bersamaan dengan berdirinya internet sebagai protokol resmi di Amerika Serikat.
Pada tahun-tahun tersebut, istilah “unix”, “email”, “PC”, “modem”, “BBS”,
“ethernet”, masih merupakan kata-kata yang sangat langka[21].
Periode
rintisan telematika ini merupakan masa dimana beberapa orang Indonesia belajar
menggunakan telematika, atau minimal mengetahuinya. Tahun 1980-an,
teleconference terjadwal hampir sebulan sekali di TVRI (Televisi Republik
Indonesia) yang menyajikan dialog interaktif antara Presiden Suharto di Jakarta
dengan para petani di luar jakarta, bahkan di luar pulau Jawa. Pada pihak
akademisi dan praktisi praktisi IT (Information and Technology), merekam
penggunaan internet sebagai berikut.
Menjelang
akhir tahun 1980-an, tercatat beberapa komunitas BBS, seperti Aditya (Ron
Prayitno), BEMONET (BErita MOdem NETwork), JCS (Jakarta Computer Society —
Jim Filgo), dan lain-lain. Konon, BEMONET cukup populer dan bermanfaat sebagai
penghilang stress dengan milis seperti “JUNK/Batavia“. Di kalangan akademis,
pernah ada UNInet dan Cossy. UNINET merupakan sebuah jaringan berbasis UUCP
yang konon pernah menghubungkan Dikti, ITS, ITB, UI, UGM, UnHas, dan UT. Cossy
pernah dioperasikan dengan menggunakan X.25 dengan pihak dari Kanada. Milis
yang kemudian muncul menjelang akhir tahun 1980-an ialah the Indonesian
Development Studiesi (IDS) (Syracuse, 1988); UKIndonesian (UK,
1989); INDOZNET (Australia, 1989); ISNET (1989); JANUS (Indonesians@janus.berkeley.edu),
yang saking besarnya sampai punya beberapageographical relayers; serta tentunya
milis kontroversial seperti APAKABAR[22].
Jaringan
internet tersebut, terhubungakan dengan radio. Medio tahun 1980 diisi dengan
komunikasi internasional melalui kegiatan radio amatir, yang memiliki komunitas
dengan nama Amatir Radio Club (ARC) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bermodalkan pesawattransceiver HF SSB Kenwood TS 430 dengan computer Apple II,
sekitar belasan pemuda ITB menghubungkan server BBS amatir radio seluruh dunia,
agar email dapat berjalan lancar[23].
2.
Periode Pengenalan
Periode
satu dasawarsa ini, tahun 1990-an, teknologi telematika sudah banyak digunakan
dan masyarakat mengenalnya. Jaringan radio amatir yang jangkauannya sampai ke
luar negeri marak pada awal tahun 1990. hal ini juga merupakan efek kreativitas
anak muda ketika itu, setelah dipinggirkan dari panggung politik, yang kemudian
disediakan wadah baru dan dikenal sebagai Karang Taruna. Pada sisi lain, milis
yang mulai digagas sejak tahun 1980-an, terus berkembang.
Internet
masuk ke Indonesia pada tahun 1994[24], dan milis
adalah salah satu bagian dari sebuah web. Penggunanya tidak terbatas pada
kalangan akademisi, akan tetapi sampai ke meja kantor. ISP (Internet Service
Provider) pertama di Indonesia adalah IPTEKnet, dan dalam tahun yang sama,
beroperasi ISP komersil pertama, yaitu INDOnet[25].
Dua
tahun keterbukaan informasi ini, salahsatu dampaknya adalah mendorong kesadaran
politik dan usaha dagang. Hal ini juga didukung dengan hadirnya televise swasta
nasional, seperti RCTI (Rajawali Citra Televisi) dan SCTV (Surya Citra
Televisi) pada tahun 1995-1996.
Teknologi
telematika, seperti computer, internet, pager, handphone, teleconference,
siaran radio dan televise internasional – tv kabel Indonesia, mulai dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Periode pengenalan telematika ini mengalami lonjakan
pasca kerusuhan Mei 1998.
Masa
krisis ekonomi ternyata menggairahkan telematika di Indonesia. Disaat
keterbukaan yang diusung gerakan moral reformasi, stasiun televise yang syarat
informasi seperti kantor berita CNN dan BBC, yakni Metro Tv, hadir pada tahun
1998. Sementara itu, kapasitas hardware mengalami peningkatan, ragam
teknologi software terus menghasilkan yang baru, dan juga dilanjutkan
mulai bergairahnya usaha pelayanan komunikasi (wartel), rental computer, dan
warnet (warung internet). Kebutuhan informasi yang cepat dan gegap gempita
dalam menyongsong tahun 2000, abad 21, menarik banyak masyarakat Indonesia
untuk tidak mengalami kesenjangan digital (digital divide).
Pemerintah
yang masih sibuk dengan gejolak politik yang kemudian diteruskan dengan upaya
demokrasi pada Pemilu 1999, tidak menghasilkansuatu keputusan terkait
perkembangan telematika di Indonesia. Dunia pendidikan juga masih sibuk tambal
sulam kurikulum sebagai dampak perkembangan politik terbaru, bahkan proses
pembelajaran masih menggunakan cara-cara konvensional. Walaupun demikian, pada
tanggal 15 Juli 1999, arsip pertama milis Telematika dikirim oleh Paulus
Bambang Wirawan, yakni sebuah permulaan mailinglist internet terbesar di
Indonesia[26].
3.
Periode Aplikasi
Reformasi
yang banyak disalahartikan, melahirkan gejala yang serba bebas, seakan tanpa
aturan. Pembajakan software, Hp illegal, perkembangan teknologi computer,
internet, dan alat komunikasi lainnya, dapat denganb mudah diperoleh, bahkan
dipinggir jalan atau kios-kios kecil. Tentunya, dengan harga murah.
Keterjangkauan
secara financial yang ditawarkan, dan gairah dunia digital di era millennium
ini, bukan hanya mampu memperkenalkannya kepada masyarakat luas, akan tetapi
juga mualai dilaksanakan, diaplikasikan. Pada pihak lain, semua itu dapat
berlangsung lancar, dengan tersedianya sarana transportasi, kota-kota yang
saling terhubung, dan industri telematika dalam negeri yang terus berkembang.
Awal
era millennium inilah, pemerintah Indonesia serius menaggapi perkembangan
telematika dalam bentuk keputusan politik. Kebijakan pengembangan yang sifatnya
formal “top-down” direalisasikan dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No.
50 Tahun 2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), dan Instruksi
Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Pendayagunaan Telematika. Dalam bidang yang
sama, khususnya terkait dengan pengaturan dan pelaksanaan mengenai nernagai
bidang usaha yang bergerak di sector telematika, diatur oleh Direktorat Jendral
Aplikasi Telematika (Dirjen Aptel) yang kedudukannya berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia.
Selanjutnya,
teknologi mobile phone begitu cepat pertumbuhannya. Bukan hanya dimiliki oleh
hamper seluruh lapisan masyarakat Indonesia, fungsi yang ditawarkan terbilang
canggih. Muatannya antara 1Gigabyte, dapat berkoneksi dengan internet juga
stasiun televise, dan teleconference melalui 3G. Teknologi computer demikian, kini
hadir dengan skala tera (1000 Gigabyte), multi processor, multislot
memory, dan jaringan internet berfasilitas wireless access point. Bahkan,
pada café dan kampus tertentu, internet dapat diakses dengan mudah, dan gratis.
Terkait
dengan hal tersebut, Depkominfo mencatat bahwa
sepanjang
tahun 2007 yang lalu, Indonesia telah mengalami pertumbuhan 48% persen terutama
di sektor sellular yang mencapai 51% dan FWA yang mencapai 78% dari tahun
sebelumnya. Selain itu, dilaporkan tingkat kepemilikan komputer pada masyarakat juga
mengalami pertumbuhan sangat signifikan, mencapai 38.5 persen. Sedangkan angka
pengguna Internet mencapai jumlah 2 juta pemakai atau naik sebesar 23 persen
dibanding tahun 2006. Tahun 2008 ini diharapkan bisa mencapai angka pengguna
2,5 juta[27].
Data
statistik tersebut menunjukkan aplikasi telematika cukup signifikan di
Indonesia. Namun demikian, telematika masih perlu disosialisasikan lebih
intensif kepada semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali[28].
Pemberdayaan manusianya, baik itu aparatur Negara ataupun non-pemerintah, harus
terus ditumbuhkembangkan.
Selama
perkembangan telematika di Indonesia sekitar tiga dasawarsa belakangan ini,
membawa implikasi diberbagai bidang. Kemudahan yang disuguhkan telematika akan
meningkatkan kinerja usaha, menghemat biaya, dan memperbaiki kualitas produk.
Masyarakat juga mendapat manfaat ekonomis dan peningkatan kualitas hidup.
Peluang
untuk memperoleh informasi bernuansa porno dan bentuk kekerasan lainnya, dapat terealisir.
Di lain pihak, segi individualis dan a-sosial amat mungkin akan banyak
menggejala di masyarakat. Walaupun demikian, masih banyak factor lain yang
dapat mempengaruhi perilaku masyarakat tertentu dan factor yang sama dapat
berdampak lain pada lingkungan yang berbeda[29].
Perkembangan telematika di Indonesia itu lambat
dibandingkan perkembangan internasional, seperti penggunaan internet di Amerika
dan di Indonesia baru menggunakan mailinglist untuk kirim pesan. Indonesia itu
tidak mampu membuat perkembangan sendiri hanya bisa mengembangkan perkembangan
milik luar negri, dan Indonesia mudah disusupi oleh pihak luar, terbukti dengan
masuknya Internet ke Indonesia baru indonesia membuat perkembangan lebih
lanjut. Perkembangan sangat pesat dan beraneka ragam di luar (Internasional)
dibandingkan dengan perkembangan di Indonesia yang kurang pesat dan hanya beberapa
saja yang merasa membutuhkan perkembangan itu dan bagi yang tidak membutuhkan
tidak ingin memperlajarinya dan membantu pengembangan tersebut. Masuknya
aplikasi-aplikasi pada periode aplikasi di Indonesia dengan kebiasaan orang
indonesia yang tak mampu membuat originalitas dan hanya bisa menyontek
perkembangan Internasional dengan maraknya pembajakan, seperti pembajakan
aplikasi seperti Hp ilegal, dan alat komunikasi lainnya yang sangat mudah
diperoleh bahkan dipinggir jalan atau kios-kios dengan harga murah. Saya
dapat menarik kesimpulan bahwa Bangsa Indonesia berusaha untuk tidak tertinggal
dengan bangsa lain menyangkut telematika. Dengan dirintis oleh beberapa orang
yang berdedikasi pada dunia akademisi, pengenalan dunia telematika mulai dilakukan
seiring berkembangnya situasi politik dan ekonomi. Dukungan politik pemerintah
dengan berbagai kebijakannya, lebih menggairahkan telematika di Indonesia, dan
tentunya industri, serta pengaruh luar negeri mengambil peranan penting
disamping ketertarikan masyarakat yang membutuhkannya. Perkembangan
telematika di Indonesia mengalami peningkatan, sejalan dengan inovasi teknologi
yang terjadi. Prospek ke masa depan, telematika di Indonesia memiliki potensi
yang tinggi, baik itu untuk kemajuan bangsa, maupun pemberdayaan sumber daya
manusianya.Untuk perkembangan telematika diluar sangatlah pesat dan terus
menerus melakukan perubahan dan perkembangan bahkan mampu membuat terobosan
baru untuk kebutuhan rakyatnya dan selanjutnya di sebarkan ke berbagai wilayah
bahkan ke Indonesia sekalipun. Perkembangan telematika di indonesia hanya dapat
menerima pengaruh-pengaruh yang diciptakan pihak luar dan membuat Indonesia
tertarik karena kekurangan yang dimiliki Indonesia.
KESIMPULAN
Bangsa
Indonesia berusaha untuk tidak tertinggal dengan bangsa lain menyangkut
telematika. Dengan dirintis oleh beberapa orang yang berdedikasi pada dunia
akademisi, pengenalan dunia telematika mulai dilakukan seiring berkembangnya
situasi politik dan ekonomi.
Dukungan
politik pemerintah dengan berbagai kebijakannya, lebih menggairahkan telematika
di Indonesia, dan tentunya industri, serta pengaruh luar negeri mengambil
peranan penting disamping ketertarikan masyarakat yang membutuhkannya.
Perkembangan
telematika di Indonesia mengalami peningkatan, sejalan dengan inovasi teknologi
yang terjadi. Prospek ke masa depan, telematika di Indonesia memiliki potensi
yang tinggi, baik itu untuk kemajuan bangsa, maupun pemberdayaan sumber daya
manusianya.
End Note:
[1]Zulkarnain
Nasution, Teknologi Komunikasi Dalam Perspektif Latar Belakang dan
Perkembangannya, Buku Kesatu, (Jakarta: FEUI, 1989), h.2.
[2]Panitia
Penyelenggara, “The Power ICT in Education”, Makalah Disampaikan pada Seminar
Nasional ICT Prodi. Teknologi Pendidikan, PPs UNJ, Jakarta, 15 April 2008, h.
1.
[3]Wawan
Wardiana, “Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia”, Makalah Disampaikan
pada Seminar dan Pameran Teknologi Informasi, UNIKOM, Yogyakarta, 9 Juli 2002,
h.2.
[4]Naswil
Idris dan F.B. Moerwanto, Mengenali Arti, Fungsi, dan Manfaat Telematika,
h.232, dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik
Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007).
[5]A.W.
Subarkah, “Laporan Khusus Multidimensi Kebangkitan TIK”, Kompas, 17 April
2008.
[9]Inpres
No.6 Th. 2001 Tanggal 24 April 2001, h. 2.
[11]Wawan
Wardiana, Op.Cit., h. 234.
[13]Ikhtisar
diringkas dari: Wawan Wardiana, Ibid., h.239-240.
[15]Inpres, Op.Cit., h.
7.
[16] Wawan
Wardiana, Op.Cit., h. 2.
[17] Kata
Indonesia yang dimaksud disini adalah semata mata-mata terjadi di kawasan
Indonesia, dan bukan mewakili secara keseluruhan.
[18] Pendapat
Alvin Toffler ini dikutip dari: Zulkarmein Nasution, Op.Cit., h. 4.
[23] Rudi
Hidayat, dkk, Teknologi Informasi dan Komunikasi SMA untuk Kelas XI,
(Jakarta: Erlangga), 2007, h. 3.
[24] Rudi
Hidayat, dkk, Op.Cit., h. 3.
[26] Asal
Mula Kata Telematika, Op.Cit., h. 1.
[29]Naswil
Idris dan F.B. Moerwanto, Op. Cit., h. 257.
Daftar
Pustaka
Zulkarnain
Nasution, Teknologi Komunikasi Dalam Perspektif Latar Belakang dan
Perkembangannya, Buku Kesatu, (Jakarta: FEUI, 1989).
Panitia
Penyelenggara, “The Power ICT in Education”, Makalah Disampaikan pada Seminar
Nasional ICT Prodi. Teknologi Pendidikan, PPs UNJ, Jakarta, 15 April 2008
Wawan
Wardiana, “Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia”, Makalah Disampaikan
pada Seminar dan Pameran Teknologi Informasi, UNIKOM, Bandung, 9 Juli 2002,
h.2.
Naswil
Idris dan F.B. Moerwanto, Mengenali Arti, Fungsi, dan Manfaat Telematika,
h.232, dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik
Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007).
A.W.
Subarkah, “Laporan Khusus Multidimensi Kebangkitan TIK”, Kompas, 17 April
2008.
Inpres
No.6 Th. 2001 Tanggal 24 April 2001, h. 2.
Rudi
Hidayat, dkk, Teknologi Informasi dan Komunikasi SMA untuk Kelas XI,
(Jakarta: Erlangga), 2007, h. 3.